Kamis, 19 Maret 2015

Ruang Kecil

Ada sebuah ruang kecil,
Yang keberadaannya sering menimbulkan perdebatan
Ruang kecil yang dianggap berkaitan satu sama lain
Ruang kecil yang bila salah satu gelap, maka sisi yang lain ikut gelap
Ruang kecil yang bila sudah bekerja sama, maka menggerakkan bagian yang lain

Ada sebuah ruang kecil,
Yang kesuciannya tak bisa dijamah oleh orang lain
Yang kejernihannya dipilih oleh TuhanNya
Yang keindahannya membawa keindahan bagi dunianya

Ada sebuah ruang kecil,
Di sudut terdalam
Yang menjadi muaranya segala suka dan duka

Ada sebuah ruang kecil
Yang menjadi harapan setiap doa
Dia, Hati dan pikiran.

Sebentar

Hati manusia tidak pernah ada yang tahu.
Sebabnya, kedamaian itu datangnya dari Allah.
Hebatnya sebuah masalah ialah karena dia mampu menarik konsentrasi penuh terpusat padanya.
Ketika ribuan informasi kita terima setiap harinya, ia begitu kuatnya menarik fokus.

Seperti mencoba menghitung butiran pasir, tak akan ada habisnya.
Begitu pun masalah, karena masalah ada untuk mengajarkan kita.
Jika kita paham.
Bahkan masalah bisa menjadi pembimbing ulung yang menguatkan cara pandang kita.

Kita tak akan mampu bersetia pada suatu hal, bila kita tak paham maunya.
Mengapa kita harus menahan nafsu makan,
Mengapa harus menahan lisan
Mengapa harus menahan tingkah laku,
Sebabnya hal sederhana itulah yang membentuk karakter kita

Mungkin sebagian orang akan mencemooh sebagai seorang penjilat,
Tapi biarlah, kelak setiap pribadi akan bertanggungjawab atas dirinya

Seringnya kita menyalahkan masalah sebagai masalah
Padahal masalah itu ada untuk mengangkat derajat kita
Skripsi yang terbengkalai di depan mata,
bukankah bila disegerakan maka akan menyegerakan pula gelar sarjana kita?
Beberapa amanah yang tak kunjung dijamah,
bukankah bila disegerakan maka akan menyegerakan rejeki itu turun.

Ah... sayangnya sering kali diri ini menunda.
Ada sebuah hadis yang berkata,
Bila ingin segera dinaikkan nasabnya, maka harus pula menyegerakan usaha.
Aku tak tahu itu sahih apa bukan, tapi yang pasti itu sebuah pesan indah yang membuatku wajib bangkit.

Bahkan, dalam perjalanan ini aku belum merasa berdarah-darah dalam berjuang
Namun, dengan tak tahu malu aku sudah meminta ini dan itu.
Astaghfirullah...

Rabu, 11 Maret 2015

Jangan Tergesa

Sudah menjadi tabiat manusia bahwa tergesa-gesa itu ada. Hati yang dipenuhi dengan ambisi dan hawa nafsu. Rasa tak sabar sering kali menyelimuti. Alih-alaih berdoa, namun setengahnya lebih kita memaksa.

Sabar memang mudah diucap, namun tak sulit juga untuk ditahan.
Pahamlah aku mengapa para orang saleh lebih banyak diam daripada berbicara panjang lebar. Sebabnya, diamnya ialah pencarian makna dari ketafakuran. Ketika mereka berucap, singkat saja namun menancap penuh makna.

Diri ini masih sering kesusahan membedakan mana target, tujuan, maupun ambisi dan hawa nafsu. Selepasnya, terengah-engah tanpa tahu alasan. Akhirnya aku tahu, mengapa Dia membolak-balikkan isi hati. Agar kita bisa merasakan bahagia, namun seketika kita ditarik agar kembali mengingatNya. Agar tak berlebih, agar takarannya pas.

Teringat pada sebuah nasihat, hati itu laksana rumah, setiap rumah memiliki ruang tamu. Ketika kebahagiaan datang, maka dudukkan dia di kursi bahagia dan jika sedih datang, dudukkan dia di kursi sedih. Jadikan mereka berdua tamu di rumahmu, karena yang bertamu hanya dipersilahkan duduk di ruang tamu, tak menelanjangi isi rumahmu.

Aku tak sesempurna apa yang kuucap dan kutulis, namun biarlah aku mencatatnya sebagai pengingat, bahwa  setiap diri sejatinya meminta haknya untuk digerakkan pada kebaikan.

Pesan seseorang, jadikan sabar dan shalat sebagai penolongmu.
Ya, jangan tergesa, karena tergesa sifatnya syaitan.