Jumat, 07 Februari 2014

Pantaskah?

"Seringkali kita terlalu sibuk mencari yang pantas, namun lebih sering lupa memantaskan diri" -SRSL-

Perlu ku beri tahukan di awal, jangan pernah bertanya perihal jodoh kepada si sok serba tahu, Mbah Google. Percuma saja, ia akan menjawab dengan  pilihan-pilihan berupa iklan kesehatan pelangsing badan atau penambah vitalitas pria dewasa.

Cinta pertama adalah panah pembanding untuk cinta kedua dan seterusnya. Ku ingatkan, jangan pernah menjalin hubungan berlebih. Jatuh cinta adalah anugerah. Salah satu keindahan yang ditawarkan oleh Allah SWT untukmu. Namun, Dia tak memintamu untuk memelihara dalam hubungan tak pasti.

Terkadang saya merasa iri melihat mereka yang hidupnya disibukkan dengan pengabdian pada Tuhan dan ilmu. Bagi mereka, jodoh adalah pemantasan diri. Allah tidak akan memberikan jodoh yang berbeda dengan apa yang dilihat dibalik cermin. Pun juga jodoh Allah tak pernah tertukar. 

Setiap keputusan berbanding lurus dengan resiko. Tidak ada keputusan baik atau buruk. Jika dilahirkan ke dunia adalah keputusan buruk, tentunya Allah tak akan memilih seseorang untuk menjalankan perannya. Begitu juga kita, sekecil apapun kita, pasti ada alasan untuk Allah mencipta. Kenali diri, selalu mengenali diri. Hanya di kesunyian pesakitan jiwa kamu akan dapat berbicara dengan dirimu.

Jika berpasangan dianggap sebagai eksistensi diri, tentunya aku akan merasa kasihan. Eksistensi atau kualitas seseorang tidak didasari pada laku tidaknya kamu di pasaran. Eh,? Bukan. Maksudku, seseorang akan menilai bukan berdasar pada keindahan fisik saja. Bisa jadi itu pandangan awal, namun selanjutnya yang dicari adalah ketenangan dan keselarasan tujuan untuk masa depan. 

Setiap kita pasti memiliki gambaran sosok seperti apa yang diinginkan. Begitu pun dengan saya. Jika kita (perempuan) adalah bagian tulang rusuk mereka (laki-laki), pastinya kita tidak akan berbeda. Setidaknya, sedikit banyak selalu ada yang bisa membuat cocok meski sekilas mereka adalah dua orang bertolak belakang.

Sampai disini aku belum mendapatkan kesimpulan atas pertanyaanku. Jika pemilik tulang rusuk dicipta terlebih dahulu, lalu bagaimana dengan mereka yang menikah dengan usia suami yang lebih muda? Apakah secara biologis saja dia terlahir lebih lama daripada istri atau bahkan pemilik tulang rusuk itu si istri? Ah, adakah yang bisa memberi penjelasan?

Seharusnya aku malu membiarkan imajiku bergerilya mencipta sosok sempurna untukku yang tak sempurna. Aku terlalu sibuk menggambar hingga lupa menggambar yang terbaik untuk diriku. Maafkan aku, Rabb.. 

****************************************************************
Catatan di suatu sore menuju senja, SRSL


Tidak ada komentar:

Posting Komentar