Selasa, 14 Oktober 2014

Kesibukan

Rutinitas baruku menjadikanku mirip dengan kelelawar. Bagaimana tidak, pagi hari dihiasi dengan rutinitas rumah tangga, beberapa aktivitas skala prioritas dan boci (bobo ciang). 

Boci, sebuah rutinitas sederhana yang kurindukan sejak lama. Dulu, di tengah kepenatan bekerja aku sering mimimpikan bisa boci dengan santai ditemani lagu-lagu campur sari dari radio kesayanganku. Dahulu sih mustahil, namun impian itu sekarang menjadi nyata.

Selepas shalat dzuhur biasanya aku boci. Satu hingga dua jam saja, namun efeknya sungguh menakjubkan. Saat waktunya tidur malam aku tidak merasakan kantuk sedikitpun. Akhirnya, seperti inilah jadinya.

Sesekali melirik hape sepertinya hal yang sia-sia karena sudah tersetting turn-off otomatis pukul sebelas malam. Mungkin sebelumnya beberapa kerlip merah menandakan adanya pesan masuk. Kalau tidak pesan pribadi, pasti notifikasi teman-teman erparamai di grup. Ah, semua itu indah.

Menjadi ibu rumah tangga itu berat. Jangan dikira membersihkan rumah adalah pekerjaan yang ringan. Mulai mencucu baju, menyapu dan mengepel lantai, setrika, mencuci piring, memasak, membersihkan perabotan, hingga membersihkan kamar mandi. Hmmm...pantas saja ibuku sering senewen jika digoda bapak dengan ucapan. "enak kamu di rumah tidur terus." Aku pun kini jadi over sensitif dengan kalimat itu. Hehehe

Ada beberapa PR yang belum terselesaikan. Aih, semoga Allah bersedia mencabut kemalasan dalam diri. 

Bermain dengan jadwal harian dan skala prioritas memang menyenangkan. Seperti pada sebuah lomba yang sudah terjadwal dengan baik. Semua menjadi terpacu dengan target waktu yang telah dibuat. Mencuci selesai jam sekian, memasak jam sekian, membersihkan rumah jam sekian, dan lain sebagainya. Semuanya asyik kok! Buktinya aku menikmati sekali. hehehe

Tidak terikat pada jam kerja ternyata belum sepenuhnya membuatku memiliki waktu luang. Empat belas hari berlalu, aku masih kewalahan mengatur jadwal harian. Jadi, mohon dimaafkan jika sering melewatkan informasi dalam obrolan di grup. Ketinggalan jadwal info untuk kumpul dan bertemu. Ah, baru tahu bila hari Sabtu kemarin ada pertemuan koordinasi panitia Pesta Wirausaha TDA Kampus Surabaya, dan pertemuan kelas menulis novel di hari Ahadnya.

Tari masih belum sukses belah diri!

Rutinitas yang padat membuat kepayahan. Tak apalah, aku mulai menikmati permainan ini. Ya, permainan mengatur dan menggeser skala prioritas. Tapi Ahad lalu semua agenda gagal. Menghadiri undangan wisuda Dini dan Emma. Hiks. 

I do Focus!

Semua ini proses. Untuk menjadi lebih baik itu butuh perjuangan dan pengorbanan. Tak apalah bersakit-sakit dahulu, nanti pasti ada manisnya. Dimulai dengan hal kecil dan sepele, aku rasa jauh lebih baik daripada bangga dengan ungkapan "menjadi diri sendiri" dengan konteks yang amburadul. Bangun kesiangan, melewatkan shalat subug, mengabaikan janji, menghabiskan waktu di depan TV, berinternet atau kurang kerjaan dengan membaca updated status socmed teman berkali-kali.

Tidak ada hal besar yang diperoleh dengan instan. Kalaupun kamu mendapat durian jatuh, pasti ujian berikutnya adalah seberapa mampu kamu mempertahankan kesuksesanmu. Sekali lagi, memperoleh itu mudah, mempertahankannyalah yang sulit. Semoga dikuatkan langkah kita dalam kebaikan oleh Allah.

23.00
Aku harus memaksa mata untuk istirahat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar