Senin, 06 Oktober 2014

TULUS

Lakukanlah dengan tulus, maka dunia pun akan memperlakukanmu dengan tulus.

Tulus, sebuah kata yang ambigu. Bagaimana menemukan ketulusan? Bila ketulusan adalah cerminan dari keikhlasan maka seharusnya tulus dan ikhlas adalah dua kata yang berbeda. 

Kata-kata tulus seringkali kutemukan disela-sela pujian.
Saat Fatin menyanyi di X-Factor, "Fatin, kamu mampu bernyanyi dengan tulus dan jujur." atau dalam ungkapan "senyumnya tulus tanpa dibuat-buat".

Petang itu saya berkumpul dengan keluarga besar Forum Lingkar Pena Surabaya yang kebetulan disinggahi oleh Bunda Pipiet Senja. Sesi ramah tamah pun dimulai, beberapa pertanyaan dari teman-teman disambut dengan semangat oleh wanita paruh baya tersebut. Akupun lantas bertanya, "Bunda, bagaimanakah agar dapat menulis dengan tulus?"

Bunda menjawab, relatif yah itu tulus atau tidaknya. Karena yang tahu hanya kita dan Allah saja. Sebagian teman yang lain ikut menjawab bahwa ketulusan diarahkan pada motivasi menulis. Apakah pada honor atau kepopuleran. 

Bukan...Bukan itu yang ku maksud. 

Akupun melanjutkan pencarianku memaknai sebuah ketulusan. Tentang hamba terhadap Tuhannya, kasih ibu terhadap anaknya, wanita terhadap kekasihnya, hingga guru yang mengajarkan matematika di kelas. 

Aku belum mampu menangkapnya. Aku kebingungan mengenai bagaimana memahami sebuah ketulusan. Adakah yang mampu memberitahukannya padaku tentang arti sebuah ketulusan? Kuharap itu kamu. Wahai calon imam perekatku pada Rabb-ku.

Sidoarjo, 07102014
SRSL 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar