Rabu, 13 November 2013

Buku Antologi Pertamaku


SURAT KECIL UNTUK NEGERIKU
Oleh : Rahayu Lestary

Dear Indonesia,
Apa kabarmu?
Masih hijaukah hamparan tanahmu?
Masih ramahkah angin bumimu?
Masih merdukah suara gemericik pantaimu?
Masih bersahajakah langitmu?

Aku harap semua tetap seindah kisahmu dalam buku sejarah yang pernah ku baca.
Perkenalkan, aku Tari, ya kau bisa memanggilku dengan nama itu. Anak ingusan yang belum bisa memberi kebanggaan untukmu.

Indonesiaku, aku tahu ada beberapa kabar tentangmu yang sering ku dengar dan ku lihat dari televisi. Tentang bumimu, tentang manusiamu. Aku juga melihat ada banyak manusia yang mengumpatmu, mencemoohmu, memakimu, hingga membencimu. Mereka, yang mengaku sebagai "RAKYAT"mu sendiri yang bersikap seperti itu. Indonesia, mungkin jika engkau berwujud seorang ibu, tak akan ada lagi air mata yang keluar karena terlalu sering engkau menangis.

Seharusnya, bukan kau yang disalahkan. Indonesia, bukankah itu hanya nama suatu negara? Kau bukan berwujud manusia. Seharusnya, yang patut disalahkan bukanlah engkau, tapi manusia-manusia itu. Bukan juga pemerintah atau pejabat teras, karena manusia-manusia itu juga kan yang memilih mereka? Kamilah yang seharusnya disalahkan.

Kalau sekarang korupsi merajalela, siapa lagi yang disalahkan? Apakah engkau lagi Indonsia?
Tidak, kamilah yang sepantasnya disalahkan. Seringkali hal-hal sepele kami anggap wajar. Sogok-menyogok misalnya, dengan alih-alih agar segera beres, maka kita mewajarkannya.

Indonesia, banyak sekali manusia yang mencemoohmu. Berbagai lontaran dan protes yang divisualisasikan dengan berbagai aksi kerap ditunjukkan. Bukankah engkau, Indonesia tidak hanya milik pemerintah saja? Bukan juga milik beberapa orang. Tapi, kami, yang mengaku sebagai "RAKYAT" Indonesialah yang memilikimu.

Indonesia, jika engkau bertanya, malukah aku memilikimu?
Ku jawab,TIDAK. Aku bangga padamu. Aku bangga memilikimu.
Aku tidak malu berwarga Negara Indonesia...

Biar saja banyak orang yang membencimu, menghujatmu, memakimu, mencemoohmu melecehkanmu. Biar saja.. itu tidak mengurangi rasa cintaku. Biar saja mereka memanggilmu dengan panggilan yang jelek, biar saja!

Mengapa mereka, manusia-manusia yang membencimu itu tidak pergi saja? kenapa masih menggunakan produk-produk Indonesia? Mengapa masih mengibarkan bendera merah putih? Mengapa masih serakah meraup rejeki di tanahmu? Tidak adil rasanya. Sungguh.

Aku bangga berpijak bumimu. Negara yang kaya raya dengan banyak pulau, beragam suku, beragam budaya, beragam makanan dan beragam bahasa. Kepakkan sayapmu wahai Garuda, terbang dan tinggilah meluas cakrawalamu.

Aku yakin, dari sekian banyak yang membencimu, masih ada sisa-sisa manusia yang mencintaimu. Biarlah kami, bagian dari manusia yang tersisa itu yang akan menemani dan menghapus dukamu dengan semangat nasionalisme dan janji memerdekakan diri. Merdeka dari kebodohan, kemiskinan dan ketidakadilan.

Indonesiaku, maafkan kami, ijinkanlah kami membuktikan cinta dengan berada pada barisan manusia yang tersisa. Mungkin tidak banyak yang bisa kami beri, tapi percayalah kami bukanlah debu yang bila tertiup angin akan menutup keindahanmu.

Indonesiaku, selamat ulang tahun ke-68 ya,
Salam Sayang, aku yang merindukanmu, Tari.

Juara II Lomba Menulis Untuk Indonesia oleh Rasibook

Tidak ada komentar:

Posting Komentar