Rabu, 13 November 2013

Memori Dalam Gendul

Kau punya kenangan? 
Aku harap punya. Dan pasti punya. 
Aku juga punya. Banyak malah, lebih dari satu.

Apa kau masih hidup dengan kenanganmu?
Kenangan indah atau bahkan kenangan bodoh yang ingin kau skip begitu saja? 

Kenangan itu kegilaan yang membentuk kita saat ini.
Kenangan bisa muncul dari banyak kejadian sepele tak terduga. Aku menikmati setiap tetesan hujan, meski sebetulnya tidak suka hujan. Apalagi ketika sedang berkendara. 

Bagiku, hujan adalah rangkain sengatan kenangan yang mengalir begitu saja. Terkadang sengatannya tinggi, terkadang juga rendah. Hujan mengingatkan hal bodoh beberapa tahun lalu, ketika dengan sengaja berhujan-hujan ria di danau dekat rumahku. Bukan danau, lebih tepatnya waduk pengolahan limbah industri. Tapi biarlah ku sebut dengan danau cinta. Ah, bodoh lagi kan? 

Jangan pernah membayangkan aku main hujan dengan  kejar-kejaran berebut pancuran hujan dari pipa air dari atap rumah. Aku hanya diam, menikmati tetesan hujan di ujung jilbabku. Sesekali mengelap lensa kacamata berembun yang sebetulnya sia-sia saja membersihkan, karena hanya memperburuk pandangan. Ya, aku hanya terdiam. 

Aku menikmati setiap tetes dengan pemandangan kabut putih hujan deras. Ditemani dengan pemancing berkerudung mantel hijau doreng yang tak ada niat sedikitpun memancing. Aku tahu karena setiap ada ikan yang tertangkap kail, pria itu akan melepaskan kembali. Sesekali melemparkan pada kucing di seberang.

Kenangan macam apa ini? Tak bermutu. 
Tak membuatku sedih. Aku bersyukur Tuhan begitu baik mengunci hati dari kesedihan bodoh. Entah betapa dewasanya aku hingga aku bisa menyalahkan diri sendiri atas kejadian masa lalu. Tuduhan atas kebodohan masa remaja. Ah, setidaknya lebih baik daripada berlarut menjangkaunya.

Kenangan tak bisa dilupakan, tapi sesekali boleh dikenang. Agar kita bisa menertawakan sandiwara hidup masa lalu. Pengalaman cinta masa remaja. Sebentar, aku ingin tertawa. Kini, aku tak sedikitpun mengharapnya kembali. Hanya gadis bodoh yang mau dan bertahan di kenangan masa itu. Hei, Itu artinya aku pernah jadi gadis bodoh. 

Memori Dalam Gendul

Apa kau punya gendul?
Eh, tahu tidak apa itu gendul? 
Kalau Jawa tulen pasti tahu apa itu gendul. Sini biar kuberi tahu, kata almarhumah nenekku dulu, gendul dalam bahasa Indonesia artinya botol. Nah, tahu botol kan? Ya, betul. Pinter.

Bicara tentang gendul, berarti bicara tentang wadah untuk menyimpn cairan. Entah cairan yang bisa dikonsumsi ataupun bahan kimia. Lalu korelasinya apa? Berbelit-belit. Bagiku, kenangan itu seperti cairan. Kita punya pilihan untuk menyimpan dan meletakkannya dimanapun. Aku sendiri lebih suka menyimpannya dalam gendul yang bisa kututup rapat dan melemparnya jauh ke laut lepas kehidupan. 

Suatu ketika, ombak bisa membawa ke tepi laut lalu meninggalkannya di pasir putih pantai. Itulah kenapa aku masih suka menemukannya. Tapi setelahnya langsung kututup kembali rapat-rapat. Kali ini ku tambahkan plastik di ujung kepala botol sebelum kupasangkan topi di atasnya.

Itulah, mengapa kita diminta mengingat Tuhan, karena dengan mengingat-Nya kebaikan pun mengikuti. Tidak seperti laut, pantai, tanah, awan, pelangi atau hujan, yang mengingatkan pada kenangan. 

Aku orangnya penakut. Lebih takut lagi ketika dihantui masa lalu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar