Kamis, 10 Juli 2014

Woles Brrroooooo!!!

Aku selalu meyakinkan diri bahwa karakter adalah pilihan. Dalam Islam, karakter baik dinamakan akhlaqul karimah. Karakter baik datangnya dari Allah dan itu tak serta merta dihadirkan dengan instan. Pada dasarnya kita adalah sama, ketika dilahirkan semua dalam keadaan netral. Belum bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Pembentuk pertama ialah lingkungan terdekat, yakni keluarga. 

Beberapa hari ini aku sering diingatkan untuk bergegas. Bergegegas dan bergegas. 
Bergegas tentu berbeda dengan tergesa-gesa. Bergegas berarti menyegerakan, sedangakan tergesa berarti menunda. Itu artinya, tergesa adalah hadiah dari malas. Malas merupakan salah satu hawa nafsu. Jadi, nafsu itu tak cukup hanya nafsu makan dan nafsu dalam arti konotasi negatif lainnya. 

Aku sendiri merasa tertampar bila menerima hadiahnya. Menyesal dan menyesal saja. Selalu. Ughhhh... bahkan aku kesal pada diriku. Ternyata, menunda lima atau sepuluh menit saja pengaruhnya sudah besar sekali. Misalnya, selepas shalat subuh, kita memiliki dua pilihan. Pertama, bangun lalu melakukan pekerjaan rumah atau membaca buku. Ataukah kita melanjutkan bersembunyi di balik selimut hangat?

Satu hal yang kusadari, memilih tidur dengan waktu yang singkat dan hati yang tidak tenang justru membuat tubuh tidak semangat saat harus kembali beraktifitas. Belum lagi bila saat terlelap singkat tersebut kita mendapat mimpi yang tidak mengenakkan. Ah...lagi-lagi Rasulullah SAW benar...Selain berpengaruh pada rejeki, karena kondisi tubuh yang terlanjur "lemas" membuat kita malas untuk bekerja. Dengan malas bangun ternyata membuat kita melewatkan doa Rasulullah yang meminta keberkahan atas umatnya yang bangun di pagi hari. Wah, kalau Rasulullah sudah berdoa, tapi kitanya masih tidur, ya bablas ngowos aja tuh doa. Lebih parah lagi bila tidur yang tidak berkualitas tadi meninggalkan sisa-sisa kantuk dalam perjalanan. Nah, apa tak berbahaya tuh? 

Islam memerintahkan bergegas dalam hal apapun. Kalau dalam bahasa Indonesia disebut cekatan atau cakcek bila dalam bahasa Jawa. Bila kinerja seseorang diukur dari caranya makan, maka saya tidak setuju. Buktinya, Rasulullah saja kalau makan sangat menjaga betul tekniknya. Tidak tergesa juga tak melambat. Pas pada takarannya namun tetap terjaga kualitas kerjanya.

Menunda mengerjakan tugas kuliah itu merepotkan. Menunda pekerjaan untuk bikin KKP itu merepotkan. Menunda untuk mencuci motor itu juga merepotkan. Intinya, apapun yang ditunda itu merepotkan. Orang yang suka menunda pasti hatinya sering tak tenang karena sering tergesa. Adrenalin dan jantung terpompa dengan cepat. Pantas jika perangainya grusa-grusu. Naudzubillah....

Kini aku benar-benar menyadari betapa waktu yang diberikan Allah itu singkat sekali. Dalam 24 jam, berapakah waktu yang diberikan untuk Allah? minimal untuk tetap terkoneksi dengan kuat denganNya? 

Rabb...Aku tak pernah tahu berapakah jatah yang Engkau beri. Bisa tahun ini, bulan ini, minggu ini, hari ini, jam ini, menit ini, atau bahkan detik ini. Namun aku mohon Rabbi, berikan sisa usia yang berkah untuk membahagiakan banyak orang. Sadarkan bahwa kehidupan kekal membutuhkan perjuangan yang tak mudah. Khusyukkan shalatku, ringankan langkah dan hatiku menuju kebaikan. Rabbi...Rabbi...I`am yours...

Aih...sebetulnya tulisan ini dibuat sebagai pengingat dan pencubitku jika malas bangun atau menunda-nunda.

Bila karakter baik datangnya dari Allah, maka sudah seharusnya kita memintanya ke Allah. Sang Maestro pemahat diri kita. Semoga diringankan langkah kita untuk menyegerakan serta dilindungi dari sifat malas dan menunda. So, WOLES BRRROOOOOO!!!!!

AlamSemesta, 10072014
-SRSL-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar