Minggu, 06 Januari 2013

Jiwa Heroikku Sedikit Bergetar

derrrrttt...derrrrttt...
"Mbak, besok jangan lupa kumpul di SMK jam 6 ya.."
satu pesan singkat dari Rio.

"OK Siap laksanakan!"

derrrrrttt....derrrrrttt....
"Tangi..tangi..Ayo Budhal..."
derrrrrttt...derrrrrtttt...
"mbak, dimana?"
derrrrrrrttt....derrrrrttt....
derrrrrtttt....derrrrrt....derrrrrtttt....derrrrtttt....derrrrrttt....

"aku baru bangunnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn >_<"
@06.35 a.m

derrrrttttt...derrrrrtttt....
"edan..tas tangi?!!"

GLEK!!
Begitulah. Pagi ini, berharap bisa keliling kota Surabaya dengan menghirup sejuknya udara pagi, harus gagal karena bangun "sedikit" telat.

Segera saja ku raih handukku, tanpa sempat menoleh pada cermin bagaimana bentuk mukaku, apa ada guratan peta atau tidak.
Bimbang.
Bersih-bersih tapi telat banyak atau langsung mandi dengan hati was-was digetok sendok saat pulang nanti.
Baiklah, dengan segenap pertimbangan dan ketakutan dikutuk laksana Malinkundang, aku bersihkan rumah. Cukup mencuci piring dan menyapu singkat yang lalat pun akan berjoget bahagia melihat terombang-ambingnya isi rumah.

Kemudian, aku mandi super cepat. Itu pun lupa handukku dimana.
Dasar bodoh.
Berpakaian dan berdandan super cepat tak kalah cepat saat aku mandi. Berpatut di depan cermin, tersenyum bangga karena wajahku masih awet.
Yes. Cermin pun menjulurkan lidahnya, mungkin dia sudah bosan hanya melihat diriku di dalam bayangannya. Ah, masa bodoh. 

derrrrrttt..derrrttt..
"Tar, udah berangkat?"
"..."
SIM 1 Incoming call : derrrrrttt..derrrttt..derrrrrttt..derrrttt..derrrrrttt..derrrttt..
SIM 1 Incoming call : derrrrrttt..derrrttt..derrrrrttt..derrrttt..derrrrrttt..derrrttt..
SIM 1 Incoming call : derrrrrttt..derrrttt..derrrrrttt..derrrttt..derrrrrttt..derrrttt..
SIM 2 Incoming call : derrrrrttt..derrrttt..derrrrrttt..derrrttt..derrrrrttt..derrrttt..
SIM 2 Incoming call : derrrrrttt..derrrttt..derrrrrttt..derrrttt..derrrrrttt..derrrttt..

Mengeluarkan kudaku tanpa pemanasan sebelumnya, memacu kencang seperti sopir bemo yang nahan pipis. Mungkin jika diartikan, motorku sudah mengerang dan mengutukku dengan umpatan-umpatan tak senonoh.

Sekonyong-konyong tak ku pedulikan, maaf..

Baru sadar, aku tidak tahu jalan!
Haha..dasar bodoh.
Sudahlah, dengan keyakinan yang diyakin-yakinkan..ku pacu kudaku tetap tanpa berpegang teguh pada peri kemotoran. Tetap bershalawat nabi tiada henti, pandangan yang tetap awas memperhatikan papan hijau di jalan. Akhirnya, sampai juga dengan selamat di lokasi. Huft..Alhamdulillah..

Ku parkirkan motor dengan anggun, dengan penuh kebanggan diri. Andai tak ada orang, mungkin aku sudah bersujud syukur disana.
Melepas jaket dengan penuh kebanggan, terasa angin yang berhembus, laksana syuting sinetron Inikah Rasanya.
Kucing pun mungkin langsung muntaber melihat ekspresiku.

Cek handphone. 
SIM 1 : 5 Missed Calls
SIM 2 : 6 Missed Calls

"Meti..dimana? Aku sudah di kantor pos"

derrrrt...derrrttt...
"Masuk aja, aku uda di dalem"


"Di sebelah mana? Aku tak tahu arah, Met.. "

derrrtttt...derrrtttt...
"Masuk aja, tau pintu masuknya kah? kalau tak tahu kamu tanya saja orang di sebelahmu.."

"Dasar Meti bodoh -_-"

Ku lanjutkan perjalananku dengan hati girang, tak tahan dengan godaan pedagang di sekitar maka ku putuskan untuk membeli 4 tusuk klanting. Yup, selagi mencari rombongan karnaval aku bisa mengganjal perut. Berjalan tanpa dosa dengan mengunyah klanting tusuk demi tusuk.Entahlah, aku selalu memiliki sensasi  tersendiri saat jalan sendiri di tengah keramaian. Menikmati pemandangan lalu lalang orang berjualan. Menikmati teriakan pedagang yang merayu penjual. Menikmati rasa apa adanya dari pedagang kaki lima.

Ada satu kalimat promosi lucu,
"Sandal jokowi..sandal jokowi..15 ribu" teriak salah seorang penjual

 Tak mau kalah, seorang penjul celana di sebelahnya pun menimpali
"Katok nom-nom an e jokowi,,Katok nom-nom an e jokowi,,"
"(celana masa muda jokowi..)"

HAHAHAAA.. spontan aku tertawa mendengarnya, sampai-sampai hampir lupa membedakan mana klanting dan kayu penusuknya.

Setelah bertanya kesana kemari tanpa membawa alamat, akhirnya kuinjakkan juga kakiku di pelataran retroik Tugu Pahlawan. Keren ya..aroma heroik mulai tercium. Benarkah tempat ini pernah menjadi saksi perjuangan bangsa beberapa tahun silam?
Dengan melihat beberapa renovasi sentuhan modern, terlihat kontras sekali. Mungkin selayaknya tempat ini yang dijadikan tempat upacara setiap tanggal 1 dan 17 setiap bulannya.
Kawasan Tugu Pahlawan memang mendukung suasana heroiknya, gedung-gedung di sekitarnya masih terjaga bentuk bangunannya, meskipun sudah mengalami beberapa renovasi di sana sini.

Nun jauh di tengah tugu, ku temukan rombongan karnavalku. Selanjutnya, masuk ke Museum. Dengan menegluarkan selembar uang 5ribu-an, pintu masuk sudah membukakan dirinya dengan senyuman sehangat ibu tiri. lha..??

Memasuki area museum, membuatku berimajinasi. Bagaimana jika aku kebelet pipis kemudian terkunci dan tak ada yang tahu bahwa aku di dalam?
Kemudian di tengah malam ada serdadu perang yang membukakan pintu dengan paksa kemudian menculik dan menjadikanku tawanan yang harus ditebus oleh Bung Tomo? Kemudian beritaku tersebar di seluruh radio Indonesia bahwa aku harus diselamatkan, demi kemajuan dan kehidupan yang lebih baik?

walah..walah..ngelantur!!

Tempat yang berkesan adalah ruang animasi, disitu diputarkan film-film dokumenter. Tempatnya selalu penuh, bahkan penonton rela berdiri dan duduk di lantai. Aku pun tak mau ketinggalan. Maksud hati ingin ikut menjiwai. Tapi apalah daya, tak secuil cuplikan film pun yang masuk di otak. Saya rasa, penonton-penonton lain yang duduk dengan sok anggun ini pun mengalami penyakit yang sama dengan saya, manggut-manggut sok paham isi film.

Pukul 9.30
Sudah lapar.
Setelah berdikusi cukup sengit, akhirnya kami melanjutkan perjalanan untuk mencari sarapan.
Pedagang kaki lima di sekitar trotoar masih menyuguhkan dagangannya dengan apik.
Deretan pedagang makanan membuat kami mengambil keputusan untuk menambatkan hati pada salah satu makanan disana.
Aku pilih soto daging. Meti dan Suci pilih Lontong Balap. Aulia, Rio dan Hamdih pilih Soto Ayam. Dini si Asri Welas pilih Sate Daging, 5 tusuk sate yang harus bersabar menyisihkan lemaknya.

"MBAK-MBAK..MAS-MAS.. WAKTU HABIS. 5 MENIT LAGI TROTOAR DAN SEKITAR JALAN RAYA HARUS DIBERSIHKAN. WAKTU HABIS." teriak salah seorang Satpol PP dengan megaphone jeleknya.

sekonyong-konyong Dini membalas, "Sudah biasa dirazia, Pak,,! Tidak takut"
Bocah gemblung..

pukul 10.00 kami harus berpisah. Jalan kami memang tak sama, tapi tujuan kita tetap sama. Pulang ke rumah masing-masing. Biar jauh, biar dekat bayar 3ribu. hehee

Menikmati perjalanan heroik di weekend ini sungguh syahdu tralala.
Semoga selalu ada renungan hikmah yang bisa diambil. ^_^



2 komentar: