Sekali
lagi, ku lihat pria tua itu disana
Lampu
merah seakan surga baginya
Sengatan
matahari bagai cahaya penerang
Kumpulan
asap yang mengepul bagai oksigen
Bergerak dari
satu kaca ke kaca yang lain
Menjajakan roti
goreng dengan tangan keriput
Sebagian
pengemudi sengaja membeli karena iba
Kaos lusuh
hadiah kampanye sebagai pembungkus aurat
Bau keringat
yang menyengat
Membuat Lalat
enggan mendekat
Jalannya sudah
tak lagi tegap
Sesekali
terhuyung dan mengendap
Kakinya yang
penuh borok
Menandakan
tingginya kadar gula dalam tubuh
Semut nakal
seringkali menggerogoti kakinya
Tat kala letih,
di letakkan ember dagangan di sisinya
Duduk sendu di
bawah rambu tak boleh berhenti
Berkipas kardus
lusuh yang dibawa entah berapa lama
Mungkin
dinginnya hujan, dihitungnya bonus pendingin ruangan
Dewi fortuna tak
selalu berpihak padanya
Tenaga semakin
rapuh, tapi tubuh butuh peneguh
Timbul
pertanyaan dalam benak penumpang angkot
Kemana
keluarganya?
Dimana anaknya?
Haruskah pria
se-senja itu merangkak mengais rejeki?
Berjuta
pertanyaan menusuk rongga dada mereka
Lagi-lagi
ku perhatikan kembali
Iba
ku telah mengeras beribu hari lalu
Pantaslah
pria sekejam itu berjuang untuk hidupnya
Tat
kala tiada padi yang ditanam
Bagaimana
bisa ia mengharap sejumput beras?
Melupakan
hempasan tangan di setiap bagian tubuh
Tak
semudah menyulam celana yang robek
Ada
harga yang harus dibayar
Biarlah
ia, merakit menutup dosanya di pinggiran jalan ibukota
(Sidoarjo, Rahayu Lestary)
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tugas FLP Kelas Puisi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar