Jumat, 06 Desember 2013

K A R M A


Sekali lagi, ku lihat pria tua itu disana
Lampu merah seakan surga baginya
Sengatan matahari bagai cahaya penerang
Kumpulan asap yang mengepul bagai oksigen

Bergerak dari satu kaca ke kaca yang lain
Menjajakan roti goreng dengan tangan keriput
Sebagian pengemudi sengaja membeli karena iba
Kaos lusuh hadiah kampanye sebagai pembungkus aurat
Bau keringat yang menyengat
Membuat Lalat enggan mendekat

Jalannya sudah tak lagi tegap
Sesekali terhuyung dan mengendap
Kakinya yang penuh borok
Menandakan tingginya kadar gula dalam tubuh
Semut nakal seringkali menggerogoti kakinya

Tat kala letih, di letakkan ember dagangan di sisinya
Duduk sendu di bawah rambu tak boleh berhenti
Berkipas kardus lusuh yang dibawa entah berapa lama

Mungkin dinginnya hujan, dihitungnya bonus pendingin ruangan
Dewi fortuna tak selalu berpihak padanya
Tenaga semakin rapuh, tapi tubuh butuh peneguh

Timbul pertanyaan dalam benak penumpang angkot
Kemana keluarganya?
Dimana anaknya?
Haruskah pria se-senja itu merangkak mengais rejeki?
Berjuta pertanyaan menusuk rongga dada mereka

Lagi-lagi ku perhatikan kembali
Iba ku telah mengeras beribu hari lalu
Pantaslah pria sekejam itu berjuang untuk hidupnya
Tat kala tiada padi yang ditanam
Bagaimana bisa ia mengharap sejumput beras?
Melupakan hempasan tangan di setiap bagian tubuh
Tak semudah menyulam celana yang robek
Ada harga yang harus dibayar
Biarlah ia, merakit menutup dosanya di pinggiran jalan ibukota



(Sidoarjo, Rahayu Lestary)

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tugas FLP Kelas Puisi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar