Senin, 03 Maret 2014

S-P-A-M

Jalan A. Yani Surabaya pukul 22.00 WIB.
Seperti meluncur di tengah jalan landai beraspal tebal. Membiarkan motor meluncur dengan gigi satu. Turun begitu saja. Secepat kilat. Sedingin salju meresap sampai ke pori-pori. Aku suka. Itu saja. Ketika sampai di jalanan datar, kau seperti mengerang kuat bagai memaki aku yang tak tahu diri menyiksamu. Tak lama kumasukkan satu gigi dan seketika kau cegukan hingga menggoyang tubuhku. Jangan protes. Aku hanya membayangkan jalanan A. Yani se-ekstrim jalanan di Cangar.

Kata orang, aku adalah orang bertipe ekstrovert. Sosok yang ceria, supel, suka bicara, suka bersosialisi, rame. Namun, bagiku tidak. Mungkin karena banyak artikel kepribadian yang ku baca, hingga aku memiliki beberapa tipe kepribadian. 

Aku pribadi lebih menikmati keadaan tenang dan sepi. Aku lebih suka bepergian sendiri. Entah ke toko buku berjam-jam hanya untuk membeli sebuah buku, pergi nonton duduk di atas paling pojok, berbelanja baju keliling pasar atau bolak balik menawar di toko yang sama, makan bakso hingga hampir menghabiskan sambal di mangkok, juga naik bis untuk sekedar melihat jalan. Sendirian. Ya, aku lebih suka sendiri. Bertemu dengan orang baru, berbagi cerita, berbagi informasi. Setelahnya tak ada kelanjutan. Tak masalah, karena terkadang kita memerlukan orang baru sebagai selingan di kehidupan sesungguhnya.

Aku tak pernah merasa sepi ketika tak ada lagi handphone berdering dengan layar tertulis namamu. Juga tak risau ketika bbm dan sms tak lagi diisi pesan manjamu. Entahlah, terkadang aku merindukan rumah sakit jiwaku. 

Menghabiskan bertumpuk buku tebal di atas kasur dengan sprei berantakan. Tak pernah menjadi masalah berat selagi itu menjadi obat. 

Penelitian mengatakan berkawanlah dengan warna-warna lembut karena bisa memberikan sugesti ketenangan. Syukurlah, aku menyukai biru. Semoga ia membantuku untuk tenang. Kenyataannya itu terbukti. Kini aku lebih bisa mengendalikan emosi. Aku tak marah ketika melihat ATM di awal bulan masih dengan saldo yang sama atau tak berkomentar saat ada orang meludah di jalan. Begitu saja, sederhana.

Hei..jangan dipikir saat ini aku sedang galau atau gelisah atau risah. Tidak sama sekali. Malam ini begitu larut, mungkin malaikat sudah lelah membujuk untuk memintaku tidur. Tanganku rasanya gatal, ada banyak yang ingin dibagi, namun selalu lepas ketika hendak diwujudkan aksara. Jadi, anggap saja tulisan ini adalah spam yang aku ijinkan kau untuk men-skip bila tak berkenan membaca. Baiklah, kau boleh tidur sekarang. Klik!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar